Kenapa Kita Bersholawat, Bukankah Nabi Sudah Pasti Dirahmati?

Ang Rifkiyal
Kenapa Kita Bersholawat, Bukankah Nabi Sudah Pasti Dirahmati?

Di antara redaksi shalawat adalah sebagai berikut:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
Artinya:
“Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Baginda Nabi Muhammad dan kepada keluarga Baginda Nabi Muhammad.”

Sebagai seorang mukmin, kita dianjurkan untuk memperbanyak membaca shalawat. Membaca shalawat artinya kita memohon kepada Allah SWT agar melimpahkan rahmat kepada baginda Nabi.

Kenapa Kita Bersholawat Memohon Rahmat Untuk Nabi, Bukankah Nabi Sudah Pasti Dirahmati?

Mungkin ada sebagian orang yang kemudian bertanya, "mengapa kita mesti bersholawat jika bershalawat isinya adalah permohonan rahmat untuk baginda Nabi? Bukankah Nabi sudah pasti dirahmati oleh Allah SWT? Kenapa harus diminta lagi? Jika kita memohon rahmat untuk Nabi, apakah itu artinya Nabi belum dirahmati?"

Syaikh Nawawi al-Bantani dalam kitab Kasyifatu as-Saja syarah Safinatu an-Naja memberikan penjelasan berkaitan untuk masalah ini dengan mengutip pendapat Ismail al-Hamidi.

(مسألة) قال اسماعيل الحامدي فإن قيل ان الرحمة للنبي حاصلة فطلبها تحصيل الحاصل. فالجواب أن المقصود بصلاتنا عليه طلب رحمة لم تكن فانه ما من وقت الا وهناك رحمة لم تحصل له. فلا يزال يترقى فى الكمالات الى ما لا نهاية له. فهو ينتفع بصلاتنا عليه على الصحيح لكن لاينبغى أن يقصد المصلى ذلك بل يقصد التوسل الى ربه فى نيل مقصوده

Artinya:
(Permasalahan) Ismail al-Hamidi berkata: Jika dikatakan, 'sesungguhnya rahmat untuk Nabi sudah hasil, maka meminta rahmat untuk Nabi sama saja berusaha menghasilkan yang sudah hasil (sia-sia).'

Maka jawabannya: 'Sesungguhnya tujuan sholawat kita kepada Nabi adalah memohon rahmat yang belum ada. Karena tidaklah dari suatu masa kecuali di sana terdapat rahmat yang belum hasil untuk Nabi.

Sehingga tidak akan berhenti Nabi meningkat dalam kesempurnaan-kesempurnaannya sampai tidak terbatas.

Nabi memang menerima manfaat dengan sholawat (permohonan rahmat) kita untuknya berdasarkan pendapat yang shahih. Tetapi orang yang bersholawat tidak boleh bermaksud demikian, tetapi hendaknya bermaksud tawasul (sebagai perantara) kepada Allah dalam memperoleh apa yang dikehendakinya." (Lihat: Kasyifatu as-Saja, Syaikh Nawawi al-Bantani, Penerbit: al-Haramain Jaya; tanpa tahun, hal. 7)

Dari uraian di atas, dapat kita fahami bahwa pada dasarnya Nabi sudah pasti dirahmati. Shalawat yang kita bacakan untuk Nabi pada dasarnya memiliki segala kebaikan yang akan kembali kepada diri kita sendiri sebagai orang yang bershalawat.

Sebab bersholawat merupakan salah satu penegakkan ajaran agama, yakni menjalankan perintah Allah SWT. Dalam al-Qur'an Allah SWT berfirman:

إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِىِّ ۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا

Artinya:
"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (QS. Al-Ahzab: 56)

Begitu pula Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ

Artinya: 
"Barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali maka Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali." (HR. An-Nasai)

__
Oleh: A. Rifkiyal