Madrasah Shaulatiyah, Tempat Nyantri Kiyai Hasyim Asy'ari di Mekah
Madrasah Al-Shaulatiyah merupakan salah satu madrasah legendaris di tanah suci Makkah yang didirikan oleh seorang Ulama besar imigran India, Syekh Rahmatullah Ibnu Khalil al-Hindi al-Dahlawi.
Nama tersebut diambil dari nama seorang perempuan dermawan asal India, Begum Shaulatun Nisa, yang telah menjadi donatur tunggal pembangunan madrasah tersebut.
Madrasah Al-Shaulatiyah adalah madrasah pertama yg didirikan pada tahun 1292 H di Kerajaan Arab Saudi dan ia juga merupakan madrasah swasta pertama yg didirikan di negeri tersebut, sehingga gaungnya menggema ke seluruh dunia.
Madrasah ini telah menghasilkan Ulama-ulama besar dunia, termasuk dari Nusantara, sehingga dijuluki dengan "mashnaurrijal" yang berarti "pabrik dan pencetak para ulama".
Shaulatiyah merupakan Madrasah Tradisional di tengah deru pembaruan pendidikan di Hijaz yang dilancarkan Kesultanan Utsmaniyah.
Ia merupakan salah satu institusi pendidikan Islam yang cukup terkenal di Makkah di kalangan masyarakat India, Pakistan dan lain-lain termasuk juga komunitas Islam dari dunia Melayu pada saat itu.
Pendiri madrasah ini adalah salah seorang keturunan Sayyidina Utsman bin Affan, yang lahir dan berasal dari Delhi, India, sehingga sering diasosiasikan dengan Muslimin Anak Benua India.
Murid terbanyak di madsarah ini justru dari Nusantara, 95% siswa di Shaulatiyah berasal dari Indonesia.
Bagi masyarakat Melayu, selain mendapat pendidikan di Masjidil Haram banyak juga yang memasuki Madrasah Al-Shaulatiyah.
Madrasah Shaulatiyah adalah Madrasah Tradisional di abad ke-20 yang banyak beraviliasi dengan Madrasah Darul Ulum di Deoband, India.
Diantara alumni dan santrinya adalah K.H. Hasyim Asy’ary (pendiri Nahdlatul Ulama), K.H. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), K.H. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid (pendiri Nahdlatul Wathan Lombok-NTB) pernah belajar di Madrasah Shaulathiyah, demikian pula dengan Sayyid Muhsin al-Musawwa (pendiri Dar al-Ulum di Makkah).
Pada tahun 1346 H/1928 M, Syaikh Yasin bin Isa Al-Faddani pernah melanjutkan pendidikan ke Madrasah ash-Shaulatiyah al-Hindiyah, menimba ilmu disana selama kurang lebih 7 tahun.
Guru-guru beliau selama di Madrasah ash-Shaulatiyah adalah Syaikh Muhktar Utsman Makhdum, Syaikh Hasan al-Masysyath dan Sayyid Muhsin bin Ali al-Musawwa.
Selain itu, adapula Syaikh Ismail Utsman Zain (1352- 1414 H), seorang ulama asal Yaman yang menetap dan mengajar di Madrasah Saulatiyah, Makkah selama 23 tahun.
Nama besar lainya yang berkaitan dengan madrasah ini adalah, adalah Tengku Mahmud Zuhdi al-Fathani, Syaikhul Islam Selangor, adalah seorang ulama yang pernah mengajar di Madrasah Shaulatiyah.
Sebelumnya, adalah Syeikh Ahmad al-Fathani yang mendidik Tengku Mahmud Zuhdi sendiri dan memasukkannya ke Maktab Saulatiyah.
Lokasi Madrasah Al-Shaulatiyah pada mulanya berada sepelemparan batu dari Masjidil Haram, sampai kemudian dengan adanya proyek perluasan Masjidil Haram, Madrasah Shaulatiyah dipindah ke Kakiyah.
Gedung kedua yang didirikan pada 1320 H saat Perang Dunia pertama, batu pertama diletakkan dengan dihadiri para Ulama dan Masyaikh Makkah, kemudian pembangunan dihentikan karena masih ada perang dunia, lalu dilanjutkan pembangunannya dan baru selesai pada 1343 H.
Foto di atas merupakan foto kenangan Madrasah Al-Shaulatiyah sebelum di runtuhkan oleh pemerintah Arab Saudi.
Wallahu a'lam.
Mugi manfaat.
Dari berbagai sumber.
Pml, 6 Ramadhan 1441 H.
__
Sumber: Facebook
Nama tersebut diambil dari nama seorang perempuan dermawan asal India, Begum Shaulatun Nisa, yang telah menjadi donatur tunggal pembangunan madrasah tersebut.
Madrasah Al-Shaulatiyah adalah madrasah pertama yg didirikan pada tahun 1292 H di Kerajaan Arab Saudi dan ia juga merupakan madrasah swasta pertama yg didirikan di negeri tersebut, sehingga gaungnya menggema ke seluruh dunia.
Madrasah ini telah menghasilkan Ulama-ulama besar dunia, termasuk dari Nusantara, sehingga dijuluki dengan "mashnaurrijal" yang berarti "pabrik dan pencetak para ulama".
Foto Madrasah Shaulatiyah, Mekah. |
Shaulatiyah merupakan Madrasah Tradisional di tengah deru pembaruan pendidikan di Hijaz yang dilancarkan Kesultanan Utsmaniyah.
Ia merupakan salah satu institusi pendidikan Islam yang cukup terkenal di Makkah di kalangan masyarakat India, Pakistan dan lain-lain termasuk juga komunitas Islam dari dunia Melayu pada saat itu.
Pendiri madrasah ini adalah salah seorang keturunan Sayyidina Utsman bin Affan, yang lahir dan berasal dari Delhi, India, sehingga sering diasosiasikan dengan Muslimin Anak Benua India.
Murid terbanyak di madsarah ini justru dari Nusantara, 95% siswa di Shaulatiyah berasal dari Indonesia.
Bagi masyarakat Melayu, selain mendapat pendidikan di Masjidil Haram banyak juga yang memasuki Madrasah Al-Shaulatiyah.
Madrasah Shaulatiyah adalah Madrasah Tradisional di abad ke-20 yang banyak beraviliasi dengan Madrasah Darul Ulum di Deoband, India.
Diantara alumni dan santrinya adalah K.H. Hasyim Asy’ary (pendiri Nahdlatul Ulama), K.H. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), K.H. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid (pendiri Nahdlatul Wathan Lombok-NTB) pernah belajar di Madrasah Shaulathiyah, demikian pula dengan Sayyid Muhsin al-Musawwa (pendiri Dar al-Ulum di Makkah).
Pada tahun 1346 H/1928 M, Syaikh Yasin bin Isa Al-Faddani pernah melanjutkan pendidikan ke Madrasah ash-Shaulatiyah al-Hindiyah, menimba ilmu disana selama kurang lebih 7 tahun.
Guru-guru beliau selama di Madrasah ash-Shaulatiyah adalah Syaikh Muhktar Utsman Makhdum, Syaikh Hasan al-Masysyath dan Sayyid Muhsin bin Ali al-Musawwa.
Selain itu, adapula Syaikh Ismail Utsman Zain (1352- 1414 H), seorang ulama asal Yaman yang menetap dan mengajar di Madrasah Saulatiyah, Makkah selama 23 tahun.
Nama besar lainya yang berkaitan dengan madrasah ini adalah, adalah Tengku Mahmud Zuhdi al-Fathani, Syaikhul Islam Selangor, adalah seorang ulama yang pernah mengajar di Madrasah Shaulatiyah.
Sebelumnya, adalah Syeikh Ahmad al-Fathani yang mendidik Tengku Mahmud Zuhdi sendiri dan memasukkannya ke Maktab Saulatiyah.
Lokasi Madrasah Al-Shaulatiyah pada mulanya berada sepelemparan batu dari Masjidil Haram, sampai kemudian dengan adanya proyek perluasan Masjidil Haram, Madrasah Shaulatiyah dipindah ke Kakiyah.
Gedung kedua yang didirikan pada 1320 H saat Perang Dunia pertama, batu pertama diletakkan dengan dihadiri para Ulama dan Masyaikh Makkah, kemudian pembangunan dihentikan karena masih ada perang dunia, lalu dilanjutkan pembangunannya dan baru selesai pada 1343 H.
Foto di atas merupakan foto kenangan Madrasah Al-Shaulatiyah sebelum di runtuhkan oleh pemerintah Arab Saudi.
Wallahu a'lam.
Mugi manfaat.
Dari berbagai sumber.
Pml, 6 Ramadhan 1441 H.
__
Sumber: Facebook