Covid-19 Jadikan Sebagai Muhasabah

Ang Rifkiyal
Berita awal kemunculan virus ini terjadi di bagian negeri Tirai Bambu, virus corona jenis baru mulai menjadi perhatian masyarakat dunia setelah pada 20 Januari 2020. Otoritas kesehatan di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok, mengatakan tiga orang tewas di Wuhan setelah menderita pneumonia yang disebabkan virus tersebut. Seketika seisi dunia mulai dilanda kekhawatiran karena boleh jadi virus tersebut bisa menyebar ke setiap penjuru dunia, karena penyebarannya sangat mudah dan sulit dideteksi dari awal.

Tidak berselang lama, penularan Virus Corona mulai menulari penduduk yang ada di Indonesia, penyebabnya karena adanya memang tidak bisa dihindari karena masuknya warga negara asing ke Indonesia dan dimungkinkan sudah terjangkit Virus Corona.

Penanggulangan awal terus dilakukan untuk memutus penyebaran virus yang sangat mematikan, mulai dari pemeriksaan dini terhadap gejala awal terhadap orang yang diindikasi terpapar Covid-19, sampai tindakan “lock down” terhadap zona merah.

Sekilas seperti mudah dengan menetapkan aturan seperti itu, tapi berbagai rintangan justru datang dari tingkat kesadaran masyarakat terhadap bahaya Covid-19, bahkan mungkin masih banyak yang nyinyir terhadap keputusan pemerintah, tidak ketinggalan dunia pendidikan yang siap-siap melaksanakan UNBK diputuskan dibatalkan karena dikhawatirkan menjadi arena penularan Covid-19.

Miris memang, disaat semua persiapan telah dilakukan akhirnya batal dan kembali ke titik nol, tapi kita memang hanya sebagai pelaksana kebijakan, apapun yang terbaik itulah yang harus dilakukan.

Banyak hal yang perlu kita fahami bahkan perlu kita renungkan dalam setiap helaan nafas, berfikir sejenak sambil meneguk secangkir air teh hangat, Virus Corona, makhluk kecil bahkan lebih kecil dari setitik embun di pagi hari, kini telah Allah turunkan ke mayapada ini, entahlah apakah itu Tentara Allah atupun lainnya, yang penting semua Allah ciptakan dengan maksud dan tujuan pasti kita pun belum tahu.

Maka dalam menyikapi musibah ini kita sebagai mahluk Allah yang paling sempurna karena dibekali akal dan fikiran selayaknya harus mampu melakukan tindakan untuk mengolah hati, mengolah fikiran, serta mengolah rasa. yang didasari oleh keyakinan kita kepada yang Maha Kuasa, bahwasanya setiap kejadian pasti ada hikmahnya.


  1. Mengolah Hati, apkah hati kita selalu mengingat Allah dalam setiap detik, setiap helaan Nafas, bahkan apakah hati kita slalu mengingat Allah sebagai Tujuan utama sandaran jiwa dan hidup dunia dan akhirat.
  2. Mengolah Fikiran, Allah telah melengkapi Manusia dengan akal dan fikirannya untuk selalu membaca dan membaca tentang dirinya dan Tuhannya, membaca tentang dunia, membaca tentang Mahluk Allah yang lainnya, sehingga akan menimbulkan perasaan dan perbuatan untuk terus tassyakur bi ni’mah.
  3. Mengolah Rasa. Dengan kemunculan Covid-19 mampu membangkitkan rasa ketakutan yang begitu hebat, mulai dari kalangan masyarakat awam hingga para pakar kesehatan sekalipun, hal tersebut bisa kita lihat betapa berbagai tindakan terus dilakukan sebagai wujud upaya menghilangkan rasa ketakutan terjangkit. Pada saat seperti ini akan mulai muncul rasa sulit dan masa gagal masa kecewa bahkan masa risau, masa menyenangkan dan mungkin masa menyedihkan, ini semua muncul karena adanya rasa yang ada dalam jiwa kita. Pada saat seperti inilah kita harus terus mampu mengolah Rasa kita dari perasaan Negatif ke perasaan postif, hingga kita tidak terlalu tersiksa oleh keadaan namun tetap terus berupaya untuk mampu menanggulangi bencana yang ada.

Memadukan ketiga poin tersebut tentulah diharapkan akan memunculkan muhassabah diri kita terhadap perilaku kita selama ini, ibadah kita selama ini bahkan rasa syukur kita selama ini, apakah yang kita lakukan sudah sesuai dengan tuntunan aqidah kita selama ini, ataukah mungkin masih jauh dari harapan hidup yang sebenarnya.

Tetaplah kita benahi diri kita, karena Allah tdaik akan menurunkan Bencana apapun bentuknya itu, kecuali dengan tujuan untuk mengembalikan kita kepada hidup yang sebenarnya.

Dalam hadits shahih riwayat Imam Bukhari, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

مَا أَنْزَلَ اللَّهُ دَاءً إِلَّا أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً
Artinya:
“Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia juga menurunkan penawarnya.” (HR Bukhari).

Bukanlah hal yang sulit bagi Maha Pencipta untuk melakukan apapaun yang dikehendakinya, dan bukan hal yang sulit juga untuk menurunkan obat dari bencana itu. Semua dikembalikan kepada kita, karena obat sebenarnya ada dalam diri kita, yaitu jiwa yang terus mengingat Allah dalam setiap detik dan hembusan nafas yang kita keluarkan.

___
Oleh: Maman Hidayat Al-Bantani