Cara Shalat Tarawih Sendiri, dan Berjamaah di Rumah
Wabah virus corona atau covid-19 diprediksi masih akan berlangsung sampai bulan Ramadhan berakhir. Akibatnya hal ini akan berdampak pada beberapa tradisi dan rutinitas ibadah selama bulan Ramadhan. Termasuk diantaranya adalah pelaksanaan shalat tarawih.
Shalat tarawih yang biasa dilaksanakan secara berjama'ah di masjid, bagi daerah rawan, kini terpaksa harus dilaksanakan di rumah secara sendiri atau bersama keluarga kecil. Hal ini sebagai bentuk kewajiban dalam agama berupa hifdzu an-nafs (menjaga jiwa) serta mencegah penyebaran wabah virus corona agar tidak meluas.
Pada dasarnya, melaksanakan shalat tarawih di rumah di masa pandemi tidak mengurangi nilai ibadah. Apalagi bila alasan shalat tarawih di rumah adalah demi mencegah terjadinya kehancuran. Maka pahalanya tetap sama, dan tetap bernilai ibadah.
Mengenai shalat tarawih di rumah, dahulu Rasulullah SAW terbiasa melaksanakan shalat tarawih di rumah selama bulan Ramadhan. Hanya sesekali Rasulullah SAW berjama'ah di mesjid. Hal ini dilakukan Rasulullah karena ada kekhawatiran turunnya wahyu yang menjadikan shalat tarawih menjadi wajib bagi umatnya.
Namun setelah Rasulullah wafat, di masa kepemimpinan Sayyidina Umar bin al-Khottob, shalat tarawih kembali dilaksanakan berjama'ah di masjid untuk menghidupakan malam-malam di bulan Ramadhan. Hal ini dilakukan Sayyidina Umar dengan alasan Rasulullah SAW telah wafat, sehingga tidak ada lagi kekhawatiran turunnya wahyu yang mewajibkan shalat tarawih.
Panduan Shalat Tarawih di Rumah
Pada dasarnya, shalat tarawih berjama'ah di mesjid dan shalat tarawih berjama'ah di rumah sama saja dalam praktek pelaksanaannya. Hanya saja, ada sebagian masyarakat yang mungkin belum terbiasa untuk melaksanakan shalat tarawih secara mandiri, baik secara sendiri atau pun berjama'ah dengan keluarga kecil.
Dalam melaksanakan shalat tarawih, ada beberapa catatan yang harus diperhatikan sebelum melaksanakannya, di antaranya:
Dalam melaksanakan shalat tarawih, ada beberapa catatan yang harus diperhatikan sebelum melaksanakannya, di antaranya:
- Shalat tarawih dilaksanakan harus setelah selesai mengerjakan shalat isya.
- Shalat tarawih dilaksanakan 20 rakaat. Dimana setiap 2 rakaat harus diselingi dengan salam.
- Shalat tarawih dilaksanakan dengan tertib dan tuma'ninah.
- Disunnahkan membaca surat-surat panjang dalam shalat tarawih.
- Bagi imam yang hendak membaca surat-surat pendek (termasuk membacanya dengan cepat), alangkah baiknya memberi tahu makmum sejak awal terlebih dahulu. Sehingga makmum nantinya lebih siap dalam membaca fatihah, agar tidak ketinggalan.
- Makmum yang sekiranya merasa tidak bisa menyelesaikan fatihah saat imam sedang membaca surat pendek (karena bacaan imam terlalu pendek atau terlalu cepat), maka dibolehkan bagi makmum membaca fatihah sejak awal mula. Yakni saat imam juga sedang membaca fatihah. Sehingga saat Imam membaca surat pendek, makmum pun telah selesai membaca fatihah.
Praktek Shalat Tarawih
1. Niat, adapun lafal niat sebagai berikut:- Ini lafal niat shalat tarawih sebagai imam
اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً إِمَامًا ِللهِ تَعَالَىUshalli sunnatat tarāwīhi rak‘atayni mustaqbilal qiblati adā’an imāman lillāhi ta‘ālā.
Artinya: “Aku menyengaja sembahyang sunnah tarawih dua rakaat dengan menghadap kiblat, tunai sebagai imam karena Allah SWT.”
- Ini lafal niat shalat tarawih sebagai makmum
اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَىUshalli sunnatat tarāwīhi rak‘atayni mustaqbilal qiblati adā’an ma’mūman lillāhi ta‘ālā.
Artinya: “Aku menyengaja sembahyang sunnah tarawih dua rakaat dengan menghadap kiblat, tunai sebagai makmum karena Allah SWT.”
Lafal niat shalat ini dikutip dari pelbagai sumber, yaitu Kitab Irsyadul Anam karya Sayyid Utsman bin Yahya (1822 M-1913 M) dan Perukunan Melayu dengan penyesuaian sejumlah redaksional sebagaimana dikutip dari NU Online.
- Ini lafal niat shalat tarawih secara infirad atau sendiri
اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لِلهِ تَعَالَىUshalli sunnatat tarāwīhi rak‘atayni mustaqbilal qiblati adā’an lillāhi ta‘ālā.
Artinya: “Aku menyengaja sembahyang sunnah tarawih dua rakaat dengan menghadap kiblat, tunai karena Allah SWT.”
2. Setelah melafalkan niat, selanjutnya melaksanakan shalat sebagaimana shalat biasa (takbiratul ihram dengan niat dalam hati, doa iftitah, membaca Fatihah, membaca surat dalam al-Qur'an, rukuk, i'tidal, sujud, duduk antara dua sujud dan lain sebagainya hingga mengucap salam).
3. Shalat dilaksanakan sebanyak 20 rakaat, dengan melaksanakan salam tiap 2 rakaat.
4. Setelah selesai melaksanakan 20 rakaat tersebut, ditutup dengan doa. Diantara doa setelah shalat tarawih adalah doa kamilin, berikut doanya:
اَللهُمَّ اجْعَلْنَا بِالْإِيْمَانِ كَامِلِيْنَ. وَلِلْفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنَ. وَلِلصَّلاَةِ حَافِظِيْنَ. وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْنَ. وَلِمَا عِنْدَكَ طَالِبِيْنَ. وَلِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ. وَبِالْهُدَى مُتَمَسِّكِيْنَ. وَعَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنَ. وَفِى الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ. وَفِى اْلآخِرَةِ رَاغِبِيْنَ. وَبِالْقَضَاءِ رَاضِيْنَ. وَلِلنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنَ. وَعَلَى الْبَلاَءِ صَابِرِيْنَ. وَتَحْتَ لِوَاءِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنَ. وَإِلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْنَ. وَإِلَى الْجَنَّةِ دَاخِلِيْنَ. وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنَ. وَعَلى سَرِيْرِ الْكَرَامَةِ قَاعِدِيْنَ. وَمِنْ حُوْرٍ عِيْنٍ مُتَزَوِّجِيْنَ. وَمِنْ سُنْدُسٍ وَاسْتَبْرَقٍ وَدِيْبَاجٍ مُتَلَبِّسِيْنَ. وَمِنْ طَعَامِ الْجَنَّةِ آكِلِيْنَ. وَمِنْ لَبَنٍ وَعَسَلٍ مُصَفَّيْنِ شَارِبِيْنَ. بِأَكْوَابٍ وَأَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِنْ مَعِيْن. مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَآءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيْقًا. ذَلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللَّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ عَلِيْمًا. اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا فِى هذِهِ اللَّيْلَةِ الشَّهْرِ الشَّرِيْفَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَاءِ الْمَقْبُوْلِيْنَ. وَلاَتَجْعَلْنَا مِنَ اْلأَشْقِيَاءِ الْمَرْدُوْدِيْنَ. وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَBacaan Latinnya:
Allâhummaj‘alnâ bil îmâni kâmilîn. Wa lil farâidli muaddîn. Wa lish-shlâti hâfidhîn. Wa liz-zakâti fâ‘ilîn. Wa lima ‘indaka thâlibîn. Wa li ‘afwika râjîn. Wa bil-hudâ mutamassikîn. Wa ‘anil laghwi mu‘ridlîn. Wa fid-dunyâ zâhdîn. Wa fil ‘âkhirati râghibîn. Wa bil-qadlâ’I râdlîn. Wa lin na‘mâ’I syâkirîn. Wa ‘alal balâ’i shâbirîn. Wa tahta lawâ’i muhammadin shallallâhu ‘alaihi wasallam yaumal qiyâmati sâ’irîna wa ilal haudli wâridîn. Wa ilal jannati dâkhilîn. Wa min sundusin wa istabraqîn wadîbâjin mutalabbisîn. Wa min tha‘âmil jannati âkilîn. Wa min labanin wa ‘asalin mushaffaini syâribîn. Bi akwâbin wa abârîqa wa ka‘sin min ma‘în. Ma‘al ladzîna an‘amta ‘alaihim minan nabiyyîna wash shiddîqîna wasy syuhadâ’i wash shâlihîna wa hasuna ulâ’ika rafîqan. Dâlikal fadl-lu minallâhi wa kafâ billâhi ‘alîma.
Allâhummaj‘alnâ fî hâdzihil lailatisy syahrisy syarîfail mubârakah minas su‘adâ’il maqbûlîn. Wa lâ taj‘alnâ minal asyqiyâ’il mardûdîn. Wa shallallâhu ‘alâ sayyidinâ muhammadin wa âlihi wa shahbihi ajma‘în. Birahmatika yâ arhamar râhimîn wal hamdulillâhi rabbil ‘âlamîn.
Artinya:
"Yaa Allah, jadikanlah kami orang-orang yang sempurna imannya, yang memenuhi kewajiban-kewajiban, yang memelihara shalat, yang mengeluarkan zakat, yang mencari apa yang ada di sisi-Mu, yang mengharapkan ampunan-Mu, yang berpegang pada petunjuk, yang berpaling dari kebatilan, yang zuhud di dunia, yang menyenangi akhirat, yang ridha dengan qadla-Mu (ketentuan-Mu), yang mensyukuri nikmat, yang sabar atas segala musibah, yang berada di bawah panji-panji junjungan kami, Nabi Muhammad, pada hari kiamat, yang mengunjungi telaga (Nabi Muhammad), yang masuk ke dalam surga, yang selamat dari api neraka, yang duduk di atas ranjang kemuliaan, yang menikah dengan para bidadari, yang mengenakan berbagai sutra ,yang makan makanan surga, yang minum susu dan madu murni dengan gelas, cangkir, dan cawan bersama orang-orang yang Engkau beri nikmat dari kalangan para nabi, shiddiqin, syuhada dan orang-orang shalih. Mereka itulah teman yang terbaik. Itulah keutamaan (anugerah) dari Allah, dan cukuplah bahwa Allah Maha Mengetahui.
Ya Allah, jadikanlah kami pada malam yang mulia dan diberkahi ini termasuk orang-orang yang bahagia dan diterima amalnya, dan janganlah Engkau jadikan kami tergolong orang-orang yang celaka dan ditolak amalnya. Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya atas junjungan kami Muhammad, serta seluruh keluarga dan shahabat beliau. Berkat rahmat-Mu, wahai Yang Paling Penyayang di antara yang penyayang. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.”
___
Oleh: Ang Rifkiyal