Mengenal Syifa binti Abdullah, Penulis Muslimah di Zaman Rasul

Ang Rifkiyal
Penulis Muslimah di Zaman Rasul

Perempuan memiliki peran penting dalam membangun peradaban masyarakat Islam. Peranan perempuan cukup diakui kontribusinya dalam urusan agama, urusan pendidikan, maupun urusan ekonomi.

Banyak diantara perempuan muslimah yang sosoknya dikenal sebagai penghafal al-Qur'an, perawi Hadits, ahli fiqih, ahli sastra, bahkan ahli dalam bidang kedokteran. Termasuk diantaranya perempuan yang pandai dan terampil dalam urusan membaca dan menulis.

Pada masa-masa permulaan Islam, wanita yang bisa membaca dan menulis di kalangan masyarakat Arab masih terbilang sedikit. Pedahal, dalam Islam, menulis merupakan salah satu hal yang dianggap penting. Bahkan Allah SWT dalam al-Qur'an bersumpah menggunakan lafadz al-qolam (القلم) yang artinya pena. Ini membuktikan bahwa islam sungguh mementingkan kegiatan menulis, sebagaimana firman Allah SWT:

ﻥ ﻭَﺍﻟْﻘَﻠَﻢِ ﻭَﻣَﺎ ﻳَﺴْﻄُﺮُﻭﻥَ
Artinya:
"Nun, demi qalam dan apa yang mereka tulis". (QS. Al-Kalam: 1)

Dan juga firman Allah:

 ﺍﻗْﺮَﺃْ ﻭَﺭَﺑُّﻚ ﺍﻟْﺄَﻛْﺮَﻡُ. ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻋَﻠَّﻢَ ﺑِﺎﻟْﻘَﻠَﻢِ. ﻋَﻠَّﻢَ ﺍﻟْﺈِﻧﺴَﺎﻥَ ﻣَﺎ ﻟَﻢْ ﻳَﻌْﻠَﻢ
Artinya:
"Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya". (QS. Al-Alaq: 3-5)

Sayyidina Ali bin Abi Tholib pernah menghimbau kepada umat untuk mengajarkan anak-anak agar bisa menulis, sebagaimana dalam ucapannya:

ﺃﻛﺮﻣﻮﺍ ﺃﻭﻻﺩﻛﻢ ﺑﺎﻟﻜﺘﺎﺑﺔ
Artinya:
"Muliakanlah anak-anak kalian dengan belajar menulis"

Syifa binti Abdillah

Diantara perempuan muslimah yang mahir menulis pada zaman Rasulullah adalah Syifa binti Abdillah bin Abdi Syamsi Bin Khalaf.

Syifa binti Abdillah merupakan sosok perempuan yang dikenal sudah pandai membaca dan menulis sejak masa jahiliyah. Bahkan kemampuannya dalam membaca dan menulis itu ia tularkan pula kepada Sayyidah Hafsoh yang merupakan putri dari Sayyidina Umar bin Khattab.

Selain pandai membaca dan menulis, Syifa binti Abdullah juga menguasai bidang pengobatan maupun ruqiyah.

Menurut sebagian pendapat, Syifa binti Abdullah memiliki nama asli Laila. Adapun nama Syifa yang disandangnya merupakan nama laqob (julukan). Nama ibu kandung Syifa binti Abdullah adalah Fatimah binti Abi Wahab bin Amr. Adapun suami Syifa binti Abdullah bernama Abu Hammah Bin Hudzaifah Bin Gonam al-Qurasy al-Adawiy. Dan dari suaminya itu, Syifa memiliki anak bernama Sulaiman.

Syifa binti Abdillah memeluk Islam sejak sebelum adanya peristiwa hijrah. Dan pada momentum hijrah, Syifa merupakan bagian dari orang-orang pertama yang ikut hijrah dari Makkah ke Madinah. Dan ia berbaiat kepada Nabi SAW.

Di kalangan para perempuan, Syifa binti Abdullah termasuk bagian dari perempuan cerdas dan memiliki keutamaan. Rasulullah SAW pernah berkunjung ke rumahnya, dan menginap di sana. Dan Syifa sangat perhatian kepada Rasul, ia menyediakan tempat tidur selimut dan untuk untuk Rasulullah.

Umar bin Khatthab sangat memuji kecerdasan dan gagasan Syifa binti Abdullah, dan ia kerap menerima pendapatnya. Umar bahkan memberinya tugas untuk mengurusi masalah pasar.

Selain mahir dalam membaca dan menulis, Syifa pun juga memiliki keahlian dalam bidang ruqiyah untuk menyembuhkan penyakit namlah. Sebuah penyakit dimana orang-orang merasa gatal pada kulitnya seperti terserang semut. Oleh karena itu Rasulullah pernah memberi Syifa sebuah rumah khusus di Madinah yang berdekatan dengan para penderita penyakit gatal. Dia menempati rumah tersebut bersama anaknya, Sulaiman.

Dalam sebuah hadits riwayat Imam Ahmad disebutkan bahwa Syifa pernah bercerita, "Suatu ketika Rasulullah SAW mendatangiku ketika aku sedang bersama Hafsoh. Ia berkata padaku, 'tidakkah engkau mengajarkannya (Hafsoh) tentang sakit namlah, sebagaimana engkau mengajarkannya dalam hal menulis?'"

Selain itu, Syifa juga dikenal sebagai salah seorang perempuan yang meriwayatkan hadits dari Rasulullah. Diantara hadits yang masyhur adalah hadits Riwayat Thobary:

"Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah ditanya tentang amal yang paling utama, maka Ia bersabda: 'Yakni iman kepada Allah, jihad di jalan Allah dan haji yang mabrur".

Syifa Binti Abdullah wafat di zaman Umar bin Khattab pada tahun 20 H. Tentunya setelah ia banyak mengabdi untuk kepentingan umat, mengobati penyakit namlah dan banyak mengajari para perempuan muslim dalam membaca dan menulis.