4 Level Tahrif, Pemalsuan Kitab ala Salafi Wahabi
Pemalsuan (tahrif) naskah adalah tindakan tercela, tapi bukan berarti tidak ada yang melakukannya. Sebagian penganut ajaran salafi wahabi telah melakukan hal ini pada karya ulama klasik yang dianggap bertentangan dengan ideologi mereka. Dalam melakukan pemalsuan naskah ini, penganut ajaran salafi wahabi mempunyai level yang berbeda-beda seperti berikut:
Level 1:
Menulis naskah asli ulama tetapi memberi catatan kaki bahwa yang demikian adalah tidak diutamakan sambil menyodorkan alternatif yang menurutnya lebih baik. Level ini masih belum disebut pemalsuan tetapi hanya menumpang menyisipkan akidah pribadi mereka dalam karya ulama klasik dengan cara yang agak halus.
Level 2:
Menulis naskah asli ulama tetapi memberi catatan kaki bahwa yang demikian adalah tidak disyariatkan alias haram. Level ini masih belum disebut pemalsuan tetapi menumpang menyisipkan akidah pribadi mereka dalam karya ulama klasik dengan cara yang kasar.
Seharusnya mereka membuat karya sendiri saja atau membuat karya bantahan secara khusus daripada mengotori karya orang lain dengan pendapat pribadi yang bertentangan dengan penulis aslinya. Yang seperti ini banyak sekali terjadi dan bisa mempengaruhi pembaca yang tidak tahu bagaimana pendapat ulama tentang topik tersebut. Bisa dibilang bahwa yang seperti ini termasuk pemalsuan ajaran.
Level 3:
Mengganti naskah ulama klasik dengan kata yang sesuai dengan seleranya, tetapi masih mengakui pemalsuannya di catatan kaki. Ini adalah level pemalsu yang masih punya sedikit kejujuran ilmiah. Unik juga, mengubah naskah secara sengaja tetapi mengakuinya tanpa merasa malu.
Level 4:
Mengganti naskah ulama klasik dengan kata yang sesuai dengan seleranya sendiri tanpa sedikit pun keterangan. Ini level pemalsuan sejati.
Contoh pemalsuan di tiap level bisa dilihat dalam gambar-gambar kitab Aqidah as-Salaf Ashab al-Hadits karya Syaikh Abu Utsman as-Shabuni (373-449 H). Naskah aslinya berbunyi "ziarah ke kubur Nabi" diganti dengan "ziarah ke masjid Nabi".
____
Sumber: Abdul Wahab Ahmad
Editor: Ang Rifkiyal
Level 1:
Menulis naskah asli ulama tetapi memberi catatan kaki bahwa yang demikian adalah tidak diutamakan sambil menyodorkan alternatif yang menurutnya lebih baik. Level ini masih belum disebut pemalsuan tetapi hanya menumpang menyisipkan akidah pribadi mereka dalam karya ulama klasik dengan cara yang agak halus.
Contoh pemalsuan kitab level 1. |
Level 2:
Menulis naskah asli ulama tetapi memberi catatan kaki bahwa yang demikian adalah tidak disyariatkan alias haram. Level ini masih belum disebut pemalsuan tetapi menumpang menyisipkan akidah pribadi mereka dalam karya ulama klasik dengan cara yang kasar.
Seharusnya mereka membuat karya sendiri saja atau membuat karya bantahan secara khusus daripada mengotori karya orang lain dengan pendapat pribadi yang bertentangan dengan penulis aslinya. Yang seperti ini banyak sekali terjadi dan bisa mempengaruhi pembaca yang tidak tahu bagaimana pendapat ulama tentang topik tersebut. Bisa dibilang bahwa yang seperti ini termasuk pemalsuan ajaran.
Contoh pemalsuan kitab level 2. |
Level 3:
Mengganti naskah ulama klasik dengan kata yang sesuai dengan seleranya, tetapi masih mengakui pemalsuannya di catatan kaki. Ini adalah level pemalsu yang masih punya sedikit kejujuran ilmiah. Unik juga, mengubah naskah secara sengaja tetapi mengakuinya tanpa merasa malu.
Contoh pemalsuan kitab level 3. |
Level 4:
Mengganti naskah ulama klasik dengan kata yang sesuai dengan seleranya sendiri tanpa sedikit pun keterangan. Ini level pemalsuan sejati.
Contoh pemalsuan di tiap level bisa dilihat dalam gambar-gambar kitab Aqidah as-Salaf Ashab al-Hadits karya Syaikh Abu Utsman as-Shabuni (373-449 H). Naskah aslinya berbunyi "ziarah ke kubur Nabi" diganti dengan "ziarah ke masjid Nabi".
Contoh pemalsuan kitab level 4. |
____
Sumber: Abdul Wahab Ahmad
Editor: Ang Rifkiyal