Shalat Sunnah Istiadzah, Doa dan Cara Pelaksanaannya
Menurut Syaikh Nawawi al-Bantani dalam Nihayatu az-Zain, shalat sunnah istiadzah adalah shalat dua rakaat yang dilaksanakan setelah shalat dluha. Dimana seseorang berniat istiadzah (memohon perlindungan) dengan melaksanakan shalat 2 rakaat, harapannya agar Allah SWT melindunginya dari keburukan di waktu siang dan malamnya.
Adapun tatacara pelaksanaan shalat istiadzah pada umumnya sama dengan pelaksanaan shalat biasa.
Adapun lafal niat melaksanakan shalat istiadzah adalah sebagai berikut:
أُصَلِّى سُنَّةَ اْلإِ سْتِعَاذَةِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ لله تَعَالَى
Ushalli sunnatal Isti'adzati rak'ataini mustaqbilal qiblati lillahi ta'ala.
Artinya: "Aku niat sholat sunnah mohon perlindungan, dua raka'at dengan menghadap kiblat karena Allah Ta'ala."
Kemudian, pada rakaat pertama setelah surat al-Fatihah membaca surat al-Falaq. Dan pada rakaat kedua membaca surat an-Nas.
Selanjutnya, apabila shalat telah selesai dengan mengucap salam, dilanjutkan dengan berdoa yang isinya istiadzah (memohon perlindungan), sebagaimana doa shalat istiadzah berikut:
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الاُمِيِّ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلَّمَ
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ خَلِيلٍ مَاكِرٍ عَيْنَاهُ تَرَيَانِي ، وَقَلْبُهُ يَرْعَانِي ، إِنْ رَأَى حَسَنَةً دَفَنَهَا ، وَإِنْ رَأَى سَيِّئَةً أَذَاعَهَا
اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ يَوْمِ السُّوءِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ لَيْلَةِ السُّوءِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ سَاعَةِ السُّوءِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ صَاحِبِ السُّوءِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ جَارِ السُّوءِ في دَارِ الْمَقامِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari teman dekat yang suka menipu, matanya melihatku, tetapi hatinya mencurigai aku. Jika ia melihat kebaikanku, ia sembunyikan. Tetapi jika ia melihat kejelekanku, ia sebarkan."
"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari hari yang buruk, malam yang buruk, waktu yang buruk, teman yang buruk dan tetangga yang buruk di rumah tempat tinggal."
_____
Referensi:
Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantani, Nihayatu az-Zain (Darul Ihya al-kutub al-Arobiyyah, Indonesia, hal. 107)