Dalil Perayaan Maulid Nabi Sebagai Sunnah Terpuji

Ang Rifkiyal
Perayaan Maulid Nabi Muhammad Sebagai Sunnah Terpuji

Nabi Muhammad dilahirkan pada hari Senin, 12 Robiul Awal tahun gajah (penamaan tahun gajah, karena pada masa itu kota Mekah diserang pasukan Nasrani berkendaraan gajah dibawah pimpinan Abraha) atau tanggal 20 April 571 M. Ayah beliu bernama Abdullah bin Abdul Mutholib (meninggal sewaktu Nabi masih didalam kandungan) dan ibu beliau bernama Aminah binti Wahab.

Nabi Muhammad dilahirkan dan diutus oleh Allah SWT untuk membawa syari’at dan menyempurnakan agama-agama terdahulu menjadi agama yang sempurna, yaitu Agama Islam. Kelahiran Baginda Nabi memang menjadi suatu keindahan dan kebahagiaan. Karena beliau datang sebagai pembawa kabar gembira dan pemebri peringatan. Yang menjadikan umat manusia tidak terjebak dalam kelamnya kejahilan dan kesesatan.

Oleh sebab itu, tak heran bila saat bulan Maulid seperti sekarang ini hampir setiap kaum muslimin mengadakan peringatan maulid dirumah-rumah, mushola-mushola, masjid-masjid, instansi-instansi, dan lainnya sebagai bentuk kebahagiaan sekaligus sarana penggugah semangat keislaman.

Namun ternyata di balik semua itu tidak sedikit pula orang-orang yang beranggapan bahwa mengadakan peringatan maulid adalah bid’ah, sebab tidak pernah dikerjakan oleh Nabi dan para sahabatnya. Meraka beranggapan perayaan maulid Nabi juga merupakan perbuatan mubazir. Oleh sebab itu, alangkah bijaknya jika kita tanggapi dengan lembut dengan harapan semoga Allah membuka pintu hidayah bagi mereka agar bisa melihat kebenaran secara utuh.

Perlu diketahui, mengadakan perayaan maulid Nabi Muhammad SAW tidak dilarang dalam agama apabila tidak disertai perbuatan maksiat serta perbuatan bid'ah yang sesat. Bahkan maulid nabi adalah sunnah yang mesti disyiarkan sebagaimana syiar islam yang lain. Allah SWT berfirman :

ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ
Artinya:
Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati. (QS. Al Hajj (22) : 32)

Ayat diatas memberi penjelasan pada kita untuk senantiasa mengagungkan syiar-syiar Allah SWT. Sebab itu merupakan sesuatu yang datang dari ketakwaan qalbu. Dan sebagian syiar tersebut adalah perayaan maulid Nabi SAW. Sebab perayaan maulid Nabi merupakan sebuah syiar Agama yang baik nilainya. Bergembira dengan Rasulullah SAW adalah perintah Al Qur’an. Allah SWT. berfirman:

قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ
Artinya:
Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. (QS. Yunus (10) : 58)

Allah SWT menyuruh kita untuk bergembira dengan rahmat-Nya, sedangkan Nabi SAW merupakan rahmat yang terbesar, sebagaimana tersebut dalam Al Quran:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Artinya
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS. Al Anbiya’ (21) : 107).

Bahkan Rasulullah SAW juga memperingati hari kelahiran beliau seperti diriwayatkan saat beliau ditanya tentang keutamaan puasa dihari senin, Rasulullah SAW berkata:

ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ
Artinya:
Itu adalah hari, ketika aku dilahirkan dan aku diutus (sebagai Rasul) atau pada hari itulah wahyu diturunkan atasku. (HR. Muslim)

Dan dalil-dalil lainnya yang diriwayatkan oleh para sahabat dan para ulama salafushalih tentang di sunnahkan dan perbolehkannya untuk mengagungkan atau mengadakan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW sebagai berikut: Sayyidina Abubakar Ash-Shiddiq RA berkata:


قَالَ اَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيْقُ رَضِيَ اللهُ عَنْهَ: مَنْ اَنْفَقَ دِرْهَمًا عَلَى قِرَاءَةِ مَوْلِدِ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ كَانَ رَفِيْقِي فِي الْجَنَّةِ
Artinya:
Barangsiapa yang menafkahkan satu dirham bagi yang menggalakkan bacaan maulid Nabi SAW. maka ia akan menjadi temanku didalam surga.

قَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللهُ عَنْهَ: مَنْ عَظَّمَ مَوْلِدَ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَقَدْ أَحْيَا الْإِسْلَامَ
Artinya:
Sayyidina Umar bin Khotob ra. berkata: Barangsiapa membesarkan (memuliakan) majelis maulid Nabi SAW. maka sesungguhnya ia telah menghidupkan Islam.

قَالَ عُثْمَانُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: مَنْ اَنْفَقَ دِرْهَمًا عَلَى قِرَاءَةِ مَوْلِدِ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَكَأَنَّمَا شَهِدَ غَزْوَةَ بَدْرٍ وَحُنَيْنٍ
Artinya:
Sayyidina Utsman bin Affan ra. berkata: Barangsiapa yang menafkahkan satu dirham untuk majelis membaca maulid Nabi SAW. maka seolah-olah mereka telah menyaksikan peperang Badar dan Hunain.

قَالَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ وَكَرَّمَ اللهُ وَجْهَهُ: مَنْ عَظَّمَ مَوْلِدَ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَكَانَ سَبَبًا لِقِرَاءَتِهِ لَا يَخْرُجُ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا بِاْلإِيْمَانِ وَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Artinya:
Sayyidina Ali bin Abi Tholib ra. berkata: Barangsiapa membesarkan majelis maulid Nabi SAW. dan karenanya diadakan majelis pembacaan maulid maka dia tidak akan keluar dari dunia (meninggal) melainkan dengan keimanan dan akan masuk kedalam surga tanpa hisab.


قَالَ حَسَنُ الْبَصْرِيُّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: وَدِدْتُ لَوْ كَانَ لِي مِثْلُ جَبَلِ أُحُدٍ ذَهَبًا فَأَنْفَقْتُهُ عَلَى قِرَاءَةِ مَوْلِدِ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ
Artinya:
Asy Syaikh Hasan Al Bashri berkata: Aku suka sekiranya aku mempunyai emas setinggi gunung Uhud, maka aku akan belanjakannya untuk membaca maulid Nabi SAW.

قَالَ جُنَيْدٌ الْبَغْدَادِي قَدَّسَ اللهُ سِرَّهُ: مَنْ حَضَرَ مَوْلِدَ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَعَظَّمَ قَدْرَهُ فَقَدْ فَازَ بِالْإِيْمَانِ
Artinya:
Asy Syaikh Junaid Al Baghdadiy semoga Allah mensucikan rahsianya berkata: Barangsiapa yang menghadiri maulid Nabi SAW. dan membesarkan kedudukannya, maka sesungguhnya ia telah mencapai kejayaan iman.

قَالَ مَعْرُوْفُ الْكَرْخِيُّ قَدَّسَ اللهُ سِرَّهُ: مَنْ هَيَّأَ طَعَامَا لِأَجْلِ قِرَاءَةِ مَوْلِدِ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَ جَمَعَ اِخْوَانًا وَ أَوْقَدَ سِرَاجًا وَ لَبِسَ جَدِيْدًا وَ تَبَخَّرَ وَ تَعَطَّرَ وَ تَعْظِيْمًا لْمَوْلِدِ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ حَشَرَهُ الله تَعَالَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ الْفِرْقَةِ الْأُوْلَى مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَ كَانَ فِى أَعْلَى عِلِّيِّيْنَ
Artinya:
Asy Syaikh Ma’ruf Al Karkhi berkata: Barangsiapa yang menyediakan makanan untuk majelis pembacaan maulid Nabi SAW., mengumpulkan saudaranya, menyalakan lampu, memakai pakaian yang baru, memasang bau yang wangi dan memakai wangi-wangian karena membesarkan kelahiran Nabi SAW. niscaya Allah akan mengumpulkannya pada hari kiamat bersama kumpulan yang pertama dikalangan Nabi-nabi dan adalah dia berada di surga yang teratas (Illiyyin).

قَالَ وَحِيْدُ عَصْرِهِ وَفَرِيْدُ دَهْرِهِ الْإِمَامُ فَخْرُ الدِّيْنِ الرَّازِيُّ: مَا مَنْ شَخْصٍ قَرَأَ مَوْلِدَ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ عَلَى مِلْحٍ أَوْ بُرٍّ أَوْ شَيِئٍ أَخَرَ مِنَ الْمَأْكُوْلَاتِ اِلَّا ظَهَرَتْ فِيْهِ الْبَرَكَةُ وَ فِى كُلِّ شَيْئٍ وَصَلَ اِلَيْهِ مِنْ ذَلِكَ الْمَأْكُوْلِ فَاِنَّهُ يُضْطَرِبُ وَ لَا يَسْتَقِرُ حَتَّى يَغْفِرَ الله لأَكِلِهِ وَاِنْ قُرِئَ مَوْلِدُ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ عَلَى مَاءٍ فَمَنْ شَرِبَ مِنْ ذَلِكَ الْمَاءِ دَخَلَ قَلْبَهُ أَلْفَ نُوْرٍ وَ رَحْمَةٍ وَ خَرَجَ مِنْهُ أَلْفَ غِلٍّ وَ عِلَّةٍ وَ لَا يَمُوْتُ ذَلِكَ الْقَلْبُ يَوْمَ تَمُوْتُ الْقُلُوْبُ . وَ مَنْ قَرَأَ مَوْلٍدَ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ عَلَى دَرَاهِمَ مَسْكُوْكُةٍ فِضَّةٍ كَانَتْ أَوْ ذَهَبًا وَ خَلَطَ تِلْكَ الدَّرَاهِمَ بِغَيْرِهَا وَ قَعَتْ فِيْهَا الْبَرَكَةُ وَ لَا يَفْتَقِرُ صَاحِبُهَا وَ لَا تَفْرُغُ يَدُهُ بِبَرَكَةِ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ
Artinya:
Telah berkata seorang yang unggul pada jamannya, Imam Fakhruddin Ar Razi: “Tidaklah seseorang yang membaca maulid Nabi SAW. keatas garam atau gandum atau makanan yang lain melainkan akan zahirnya keberkatan padanya, dan setiap sesuatu yang sampai padanya (dimasuki) dari makanan tersebut, maka makanan tersebut akan bergoncang dan tidak akan tetap sehinggalah Allah mengampunkan orang yang memakannya”.

“Sekiranya dibacakan maulid Nabi SAW, ke atas air, maka orang yang meminum seteguk air tersebut akan masuk kedalam hatinya seribu cahaya dan rahmat, akan keluar dari padanya seribu sifat dengki, penyakit, dan tidak mati hati tersebut pada hari dimatikan hati-hati”.

“Barangsiapa membaca maulid Nabi SAW. pada suatu dirham yang ditempa dengan perak atau emas dan dicampurkan dirham tersebut dengan yang lain, maka akan jatuh keatas dirham tersebut keberkatan, pemiliknya tidak akan faqir dan tidak akan kosong tangannya dengan keberkatan Nabi SAW”.

قَالَ الْإِمَامُ الشَّافِعِيِّ رَحِمَهُ الله: مَنْ جَمَعَ لْمَوْلِدِ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ إِخْوَانًا وَهَيَّأَ طَعَامًا وَأَخْلَى مَكَانًا وَعَمَلَ إِحْسَانًا وَصَارَ سَبَبًا لِقِرَاءَتِهِ بَعَثَهُ الله يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ الصِّادِقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَيَكُوْنُ فِي جَنَّاتِ النَّعِيْمِ
Artinya:
Imam Syafi’i rohimahullah berkata: Barangsiapa yang menghimpun saudaranya (sesama Islam) untuk mengadakan majelis maulid Nabi SAW., menyediakan makanan dan tempat serta melakukan kebaikan, dan dia menjadi sebab dibaca maulid Nabi SAW. itu, maka dia akan dibangkitkan oleh Allah pada hari kiamat bersama ahli siddiqin (orang-orang yang benar), syuhada’ dan solihin serta berada di dalam surga Na’im.

قَالَ السَّرِيُّ السَّقَطِيُّ قَدَّسَ اللهُ سِرَّهُ: مَنْ قَصَدَ مَوْضِعًا يَقْرَأُ فِيْهِ مَوْلِدُ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَقَدْ قَصَدَ رَوْضَةً مِنْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ لِأَنَّهُ مَا قَصَدَ ذَلِكَ الْمَوْضِعَ اِلَّا لِمَحَبَّةِ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ .وَقَدْ قَالَ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: مَنْ أَحَبَّنِي كَانَ مَعِي فِى الْجَنَّةِ
Artinya:
Asy Syaikh As Sarriy As Saqothi berkata: Siapa yang pergi kesuatu tempat yang di bacakan didalamnya maulid Nabi SAW., maka sesungguhnya ia telah pergi kesuatu taman dari taman-taman surga, karena tidaklah ia menuju ketempat-tempat tersbut melainkan lantaran karena kasihnya kepada Nabi SAW.. Sesungguhnya Rasulullah SAW. telah bersabda: Barangsiapa yang mengasihiku, maka ia bersamaku di dalam surga.

قَالَ سُلْطَانُ الْعَارِفِيْنَ الْإِمَامُ جَلَالُ الدِّيْنَ السُّيُوْطِيُّ قَدَّسَ اللهُ سِرَّهُ وَنَوَّرَ ضَرِيْحَهُ فِي كِتَابِهِ الْمُسَمَّى بِالْوَسَائِلِ فِي شَرْحِ الشَّمَائِلِ: مَامِنْ بَيْتٍ أَوْ مَسْجِدٍ أَوْ مَحَلَّةٍ قُرِئَ فِيْهِ مَوْلِدُ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ إِلَّا حَفَّتِ الْمَلَائِكَةُ ذَلِكَ الْبَيْتَ أَوِ الْمَسْجِدَ أَوِ الْمَحَلَّةَ وَصَلَّتِ الْمَلَائِكَةُ عَلَى أَهْلِ ذَلِكَ الْمَكَانِ وَعَمَّهُمُ اللهُ تَعَالَى بِالرَّحْمَةِ وَالرِّضْوَانِ. وَأَمَّا الْمُطَوَّفُوْنَ بِالنُّوْرِ يَعْنِى جِبْرَيْلَ وَ مِيْكَائِيْلَ وَ اِسْرَافِيْلَ وَ عِزْرَائِيْلَ عَلَيْهِ السَّلَامُ فَاِنَّهُمْ يُصَلُّوْنَ عَلَى مَنْ كَانَ سَبَبًا لِقِرَاءَةِ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ. وَ قَالَ أَيْضًا: مَا مِنْ مُسْلِمٍ قَرَأَ فِى بَيْتِهِ مَوْلِدَ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ اِلَّا رَفَعَ اللهُ سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى الْقَحْطَ وَالْوَبَاءَ وَالْحَرْقَ وَالْغَرَقَ وَالْأَفَاتِ وَالْبَلِيَّاتِ وَالْبُغْضَ وَالْحَسَدَ وَعَيْنَ السُّوْءِ وَاللُّصُوْصَ مِنْ أَهْلِ ذَلِكَ الْبَيْتِ فَاِذَا مَاتَ هَوَّنَ اللهُ عَلَيْهِ جَوَابَ مُنْكَرٍ وَنَكِيْرٍ وَيَكُوْنُ فِي مَقْعَدِ صِدْقٍ عِنْدَ مَلِيْكٍ مُقْتَدِرٍ
Artinya:
Telah berkata Sultan Ahli Arifin Imam Jalaluddin As Suyuthi semoga Allah menyucikan rahsianya dan menerangkan maqamnya, di dalam kitabnya yang dinamakan dengan Al Wasail fi Syarh Al Syamail: “Tidak ada suatu rumah atau masjid atau tempat yang dibacakan di dalamnya maulid Nabi SAW. melainkan akan dikelilingi oleh malaikat rumah atau masjid tersebut, para malaikat akan merahmati ke atas penghuni tempat-tempat tersebut dan Allah melimpahkan rahmat dan keredhaan-Nya, Manakala malaikat yang dikelilingi dengan cahaya iaitu Jibrail, Mikail, Israfil dan Izrail, mereka semua mengucapkan sholawat ke atas orang yang menjadi sebab diadakan majlis bacaan maulid Nabi SAW.

Beliau juga berkata: Tidaklah seorang Muslim yang membaca maulid Nabi SAW. di dalam rumahnya melainkan Allah Ta’ala akan mengangkat ke marau, wabak penyakit, kebakaran, banjir, kerusakan, bala, kebencian, hasad, pandangan yang jahat (sihir), kecurian dari penghuni rumah tersebut, Apabila ia mati, maka Allah mempermudahkan ke atasnya menjawab soalan Munkar dan Nakir dan dia ditempatkan di tempat yang sungguh bahagia, di sisi Tuhan Yang Menguasai segala-galanya, lagi Yang Berkuasa melakukan sekehendakNya.

وَمِنْ اَحْسَنَ مَا ابْتُدِعَ فِي زَمَنِنَا مَا يُفْعَلُ كُلُّ عَامٍ فِي الْيَوْمِ الْمُوَافِقِ لِيَوْمِ مَوْلِدِهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ مِنَ الصَّدَقَاتِ وَالْمَعْرُوْفِ وَإِظْهَارِ الزِّيْنَةِ وَالسُّرُوْرِ فَإِنَّ ذَلِكَ مَعَ مَا فِيْهِ مِنَ الْإِحْسَانِ لِلْفُقَرَاءِ مُشْعِرٌ بَمَحَبَّةِ التَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَتَعْظِيْمِهِ فِي قَلْبِ فَاعِلِ ذَلِكَ وَشُكْرِ اللهِ تَعَلَى مَا مَنَّ بِهِ مِنْ إِيْجَادِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ الَّذِى أَرْسَلَهُ رَحْمَةَ لِلْعَالَمِيْنَ
Artinya:
Imam Abu Syamah, guru Imam Nawawi mengatakan: Di antara perkara baik yang dilakukan pada zaman kami yang dilakukan pada setiap tahun pada hari yang bersamaan dengan hari maulid Nabi SAW. dari perbuatan memberikan sedekah, melakukan kebajikan dan melahirkan kegembiraan dan kesenangan, Maka sesungguhnya yang demikian selain dapat melakukan kebaikan kepada fakir miskin di dalam majlis tersebut ia juga diisi dengan rasa kasih terhadap Nabi SAW. membesarkannya dan bersyukur kepada Allah di atas kurniaanNya yang telah mengutuskan seorang Rasul yang diutuskan sebagai rahmat bagi sekalian alam.

فَمَنْ أَرَادَ تَعْظِيْمَ مَوْلِدِ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَكْفِيْهِ هَذَا الْقَدْرُ . وَمَنْ لَمْ يَكُنْ عِنْدَهُ تَعْظِيْمُ مَوْلِدِ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ لَوْ مَلأْتَ لَهُ الدُّنْيَا فِي مَدْحِهِ لَمْ يُحَرَّكْ قَلْبُهُ فِي الْمَحَبَّةِ لَهُ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ. جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَاكُمْ مِمَّنْ يَعْظِّمُهُ وَيَعْرِفُ قدْرَهُ وَمِنْ أَخَصِّ خَاصِّ مُحِبِّيْهِ وَأَتْبَاعِهش آمِيْنَ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلَى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
Artinya:
Telah berkata Imam Syihabuddin Ahmad Ibnu Hajar Al-Haitami Asy-Syafi’i dalam kitabnya bernama: Ni’matul Kubra ‘Alal ‘Alam Fi Maulidi Saidi Waladi Adam, dalam Bab: Faslun Fii Bayan Fadli Maulid Nabi SAW.: Sesiapa yang hendak membesarkan maulid Nabi SAW. maka cukuplah disebutkan sekadar ini sahaja (dalil diatas) akan kelebihannya. Bagi sesiapa yang tiada di hatinya hasrat untuk membesarkan maulid Nabi SAW. sekiranya dipenuhi dunia ini dengan pujian ke atasnya, tetap juga hatinya tidak akan tergerak untuk mengasihi Nabi SAW., Semoga Allah menjadikan kami dan kalian di kalangan orang yang membesarkan dan memuliakannya dan mengetahui kadar kedudukan Baginda SAW., serta menjadi orang yang teristimewa di kalangan orang-orang yang teristimewa di dalam mengasihi dan mengikutinya. Aamiin, Wahai Tuhan sekalian alam. Semoga Allah melimpahkan rahmat ke atas penghulu kami Nabi Muhammad SAW., keluarganya dan sahabat-sahabatnya sekalian hingga Hari Kemudian.

Dikutip dari:
Al Qur’an.
Hadis 9 Imam (Kutubu Tis’ah)
Ni’matul Kubra ‘Alal ‘Alam Fi Maulidi Saidi Waladi Adam –> Imam Syihabuddin Ahmad Ibnu Hajar Al-Haitami Asy-Syafi’i.

Penulis : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus (source) Dengan sedikit perubahan.