Ngalogat; Memaknai Kitab Kuning dengan Aksara Arab Pegon
Santri pondok pesantren di Indonesia pada umumnya pasti mengenal istilah ngalogat, khususnya santri pesantren salaf di tatar sunda, kalau di Jawa istilahnya mungkin beda. Yakni sebuah aktifitas menulis atau memaknai kitab kuning dengan menggunakan aksara pegon.
Pegon sendiri merupakan aksara arab yang digunakan untuk menulis bahasa jawa atau bahasa-bahasa lokal lainnya yang ada di Nusantara. Banyak ulama-ulama Nusantara yang menulis kitab dengan menggunakan aksara pegon.
Contoh Pegon dalam Bahasa Indonesia:
“Nabi Muhammad adalah utusan Allah kepada semua makhluk. Apa saja yang diceritakan adalah kebenaran. Maka semua makhluk wajib membenarkan dan mengikuti.” [1]
Selain digunakan untuk membuat karya tulis, aksara arab pegon juga digunakan dalam memaknai, mengartikan atau menerjemahkan kitab kuning. Dimana ada beberapa kata yang ditulis dengan arab pegon menujukan kedudukan sebuah kalimat dalam gramatika bahasa arab, yakni terkait dengan nahwu dan shorofnya.
Pegon sendiri merupakan aksara arab yang digunakan untuk menulis bahasa jawa atau bahasa-bahasa lokal lainnya yang ada di Nusantara. Banyak ulama-ulama Nusantara yang menulis kitab dengan menggunakan aksara pegon.
Contoh Pegon dalam Bahasa Indonesia:
نبي محمد إيتو أوتوسان الله كفادا سموا مخلوق ، أفا ساجا ياع دي جريتاكان أدالاه كبناران. ماكا سموا مخلوق واجب ممبناركان دان معيكوتي
“Nabi Muhammad adalah utusan Allah kepada semua makhluk. Apa saja yang diceritakan adalah kebenaran. Maka semua makhluk wajib membenarkan dan mengikuti.” [1]
Selain digunakan untuk membuat karya tulis, aksara arab pegon juga digunakan dalam memaknai, mengartikan atau menerjemahkan kitab kuning. Dimana ada beberapa kata yang ditulis dengan arab pegon menujukan kedudukan sebuah kalimat dalam gramatika bahasa arab, yakni terkait dengan nahwu dan shorofnya.
- Ari/Utawi/Adapun, digunakan untuk menunjukan kalimat yang berkedudukan sebagai mubtada.
- Eta/Iku/Adalah, digunakan untuk menunjukan kalimat yang berkedudukan sebagai khobar.
- Saha/Sopo/Siapa, digunakan untuk menunjukan kalimat yang berkedudukan sebagai fail/naibul fail yang berakal.
- Naon/Opo/Apa, digunakan untuk menunjukan kalimat yang berkedudukan sebagai fail/naibul fail yang tidak berakal
- Kana/Ing/Kepada, digunakan untuk menunjukan kalimat yang berkedudukan sebagai maf'ul bih.
- Kalayan/Kalawan/Dengan, digunakan untuk menunjukan kalimat yang berkedudukan sebagai maf'ul muthlaq.
- Dina/Ingdalem/Di, digunakan untuk menunjukan kalimat yang berkedudukan sebagai dharaf zaman.
- Dan sebagainya.
Tabelnya kira-kira seperti ini:
Contoh lengkapnya bisa dilihat pada gambar/tabel berikut ini:
Keterangan tabel dalam gambar di atas:
NO | INDONESIA | JAWA | SUNDA | MENUNJUKAN |
---|---|---|---|---|
1 | Adapun | Utawi | Ari | Mubtada |
2 | Adalah | Iku | Eta | Khobar |
3 | Siapa | Sopo | Saha | Fa'il |
4 | Apa | Opo | Naon | Fa'il |
5 | Kepada | Ing | Kana | Maf'ul Bih |
6 | Dengan | Kelawan | Kalayan | Maf'ul Mutlaq |
7 | Di | Ing dalem | Dina | Dhorof Zaman |
8 | Dsb. | Dsb. | Dsb. | Dsb. |
Contoh lengkapnya bisa dilihat pada gambar/tabel berikut ini:
Gambar 1: Urutan 1 sampai 37 |
Gambar 2: Urutan 38 sampai 50 |
Keterangan tabel dalam gambar di atas:
- Kolom 1: Nomor
- Kolom 2: Rumus, berupa aksara pegon singkat yang digunakan sebagai kode makna gramatikal
- Kolom 3: Posisi penempatan kode pada kalimat bahasa arab dalam kitab, bisa di atas, di bawah atau sejajar
- Kolom 4: Musyar ilaih, yakni takib atau kedudukan kalimat dalam gramatikal nahwu, contohnya mubtada, khobar, fa'il, dsb.
- Kolom 5: Makna dalam bahasa indonesia, jawa atau bahasa lokal lainnya
- Kolom 6: Contoh penerapan dan aplikasinya dalam bahasa arab atau kitab kuning.
Bagi sahabat santripedia yang ingin berkonsultasi lebih lanjut terkait cara memaknai kitab kuning menggunakan arab pegon, bisa berkomunikasi dengan kami melalui email: info.santripedia@gmail.com dan nanti akan ditindak lanjut melalui chat Whatsapp.
(Ang Rifkiyal)