Taushiyah Politik Pasca Pilpres
Saya memahami perihnya luka dan sayatan-sayatan bertabur garam yang dialami oleh sebagian dari kita yang mengalami kekalahan dalam kontestasi politik. Hanya saja, akan sangat menggelikan bila kedewasaan tidak dikedepankan setelah hasil akhir sudah ada.
Tentu kita sepakat dengan petuah yang mengatakan, "yang menang tidak boleh jumawa, dan kalah harus bisa menerima." Inilah konsekuensi dari sebuah kontestasi. Apalagi bila semua tahapan telah dilalui secara bersama dan berdasar pada hukum dan aturan-aturan yang berlaku.
Saling merangkul adalah jalan tengah yang harus ditapaki bersama. Apalagi dalam konteks kebangsaan. Kita tidak sedang berperang. Kontestasi yang kita lakukan kemarin adalah _fastabiqul khoirot_, berlomba-lomba di dalam kebaikan.
Dalam hidup, kita tidak bisa memaksa ingin menang sendiri. Adakalanya kita harus mau menerima kekalahan. Adakalanya kita harus menurunkan emosi dan ambisi yang menguasai diri. Menerima fakta dan realita adalah hal yang pasti meskipun mungkin tidak sesuai dengan ekspektasi.
Begitulah takdir Allah SWT, _khoirihi wa syarrihi_ dalam pandangan kita semua adalah terbaik dari sisi Allah SWT.
Pun bagi sebagian dari kita yang sudah memenangkan kontestasi, tidak boleh ada jumawa atau merendahkan mereka yang sudah kalah. Ada tangan yang harus kita jabat. Kemenangan sejati adalah kemenangan tanpa menyisakan duka dan lara.
Adapun bila kini sebagian dari kita ada yang memilih menjadi oposisi, maka tentu harus dibangun secara sehat. Setiap kritik yang keluar harus konstruktif dan dengan niat yang baik, bukan malah menebar laknat, apalagi berubah menjadi penghianat.
Negara kita adalah negara kesatuan, yakni ikatan dari berbagai perbedaan. Maka sudah semestinya ada kesepakatan. Oleh karena itu Pancasila adalah sesuatu yang final dan sudah disepakati. Jargonnya, "bhineka tunggal ika" merupakan pegangan.
Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ أَتْقَاكُمْ
"Wahai manusia, sesungguhnya telah kami ciptakan kalian dari lelaki dan perempuan, dan kami jadikan kalian berbangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia dari kalian adalah yang paling takwa."
(Ang Rifkiyal)