5 Kondisi ini, Makmum Boleh Bersuara Keras Menyamai Imam Sholat

Santripedia
5 Kondisi ini, Makmum Boleh Bersuara Keras Menyamai Imam Sholat

Saat shalat berjamaah di waktu tertentu, Imam harus melantangkan suara. Contoh saat shalat magrib, isya dan subuh. Sedangkan makmum menyamarkan suara bacaannya.

Namun ada 5 kondisi, makmum di belakang imam boleh melantangkan suaranya sebagaimana lantangnya suara imam.

Lantas apa saja 5 kondisi tersebut?

Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi dalam kitab Nihayatuz Zain mengungkapkan ada 5 kondisi saat shalat berjamaah dimana makmum di belakang imam boleh bersuara lantang sebagaimana lantangnya suara imam.

Pertama, saat makmum mengucap "aamiin" bersama imam setelah membaca surat al-Fatihah.

Kedua, saat makmum mengamini doa qunut dalam shalat shubuh.

Ketiga, saat makmum mengamini doa qunut dalam shalat witir di separuh terakhir bulan Ramadhan.

Keempat, saat makmum mengamini doa qunut nazilah dalam sholat lima waktu.

Kelima, saat makmum melihat celah imam yang harus diingatkan dengan ucapan "subhanallah".

Selain daripada 5 kondisi tersebut, makmum hendaknya menyamarkan suara bacaan.

Ibarat:
فائدة : الأحوال التي يجهر فيها المأموم خلف الإمام خمسة: حالة تأمينه مع إمامه، وحالة دعاء الإمام في قنوات الصبح، وفي قنوت الوتر في النصف الأخير من رمضان، وفي قنوت النازلة في الصلوات الخمس، و حالة فتحة على امامه. وما عدا ذلك يسر فيه.
Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi. Nihayatuz Zain, [Indonesia, Darul Ilmi] hal. 64