3 Tanda Meninggal dalam Keadaan Bahagia
Setiap orang, tentu ingin meninggal dalam keadaan bahagia ketika ajal tiba. Yakni meninggal dalam naungan iman, islam dan ihsan serta mendapat kasih sayang dari Allah SWT.
Hanya saja, kita tidak tahu gambaran seseorang yang meninggal, apakah ia meninggal bahagia ataukah tersiksa? Sebab kematian adalah sesuatu yang ada di luar pengetahun kita sebagai manusia awam.
Namun demikian, tanda-tanda seseorang meninggal dalam keadaan bahagia bisa kita ketahui.
Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi dalam kitab Nihayatuz Zain mengungkapkan 3 tanda-tanda meninggal dalam keadaan bahagia ketika ajal tiba.
Pertama, adanya keringat pada dahi. Kedua, adanya cucuran air mata. Dan ketiga, lubang hidung mengembang.
Ini berdasarkan hadits:
روي عن سلمان الفارسي رضي الله عنه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول ارقبوا الميت عند موته ثلاثا
إن رشح جبينه وذرفت عيناه وانتشر منخراه فهو رحمة من الله قد نزلت به وإن غط غطيط البكر المخنوق وأخمد لونه وأزبد شدقاه فهو عذاب من الله قد حل به
إن رشح جبينه وذرفت عيناه وانتشر منخراه فهو رحمة من الله قد نزلت به وإن غط غطيط البكر المخنوق وأخمد لونه وأزبد شدقاه فهو عذاب من الله قد حل به
Artinya:
Diriwayatkan dari Salman Alfarisi Rodliyallahu anhu ia berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Telitilah keadaan mayit ketika maut menjemputnya, apabila dahinya berkeringat, air matanya bercucuran dan lubang hidungnya mengembang, maka kasih sayang Alloh telah turun kepadanya.
Dan apabila mengeluarkan suara seperti suara anak unta tercekik, atau warna kulitnya berubah kebiru-biruan atau mengeluarkan buih dari kedua rahangnya maka adzab Alloh sungguh telah menimpa dirinya." (HR. At-Tirmidzi al-Hakim)
Ketiga tanda-tanda ini terkadang nampak semua, atau hanya satu, atau hanya dua saja tergantung sedikit banyaknya manusia dalam beramal.
Adapun tanda-tanda di atas ketika muncul dalam kondisi sehat maka itu merupakam taufik untuk mengamalkan sunnah sekuat tenaga.
Referensi:
Syaikh Muhammad Nawawi al-Jawi, [Nihayatuz Zain, Indonesia, Dar Ihya al-Kutub al-Arobiyah] hal. 147