Pentingnya Ilmu Fiqih dan Pemahaman Agama
(Terjemah muqodimmah kitab Kifayatul Akhyar karangan Imam Taqiyuddin Abi Bakr Muhammad al-Husainy)
Pentingnya Ilmu Fiqih dan Pemahaman Agama
Sesungguhnya jiwa-jiwa suci yang mencari ketinggian martabat tidak akan berhenti untuk tekun dalam menggapai ilmu-ilmu keagamaan. Sebagian dari ilmu keagamaan adalah mengetahui cabang-cabang (masalah) fiqhiyyah. Karena dengan ini bisa menyingkirkan (keragu-raguan akibat) bisikan syaitan, dan menjadikan sahnya muamalah dan ibadah-ibadah yang diridloi.
Apalagi untuk kemuliaan fiqih ada perkataan sang baginda orang-orang terdahulu dan orang-orang yang akan datang (Nabi Muhammad) ~shalallahu alaihi wa sallam~:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
Artinya: “Barangsiapa yang Allah kehendaki (mendapat) kebaikan, maka Allah akan fahamkan ia dalam (masalah) agama.” (HR. Bukhari dan Muslim dari riwayat Muawiyah)
Dan dari Abu Hurairoh R.A., sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:
مَا عُبِدَ اللهُ تَعَالَى بِشَيْءٍ أَفْضَلُ مِنْ فِقْهٍ فِي الدِّيْنِ
Artinya: "Allah tidak memberi seseorang anugerah yang lebih utama selain pemahaman (ilmu) tentang agama." (HR. at-Tirmidzi dalam kitab jami'nya)
Dan (tafsir) dari Yahya bin Abi Katsir tentang firman Allah ta'ala:
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ ۖ
Artinya: "Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya." (QS. Al-Kahfi: 28)Ia berkata: (maksud dari orang-orang yang menyeru Tuhannya) adalah majlis dzikir.
Atho berkata tentang sabda Nabi Muhammad SAW:
إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوا قَالُوا وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ قَالَ حِلَقُ الذِّكْرِ
"Jika kalian melewati taman-taman surga, maka singgahlah (untuk menikmatinya). Mereka bertanya: 'Apa itu taman-taman surga?', ia menjawab: Halaqoh dzikir (majelis ilmu)"
Atho berkata: Dzikir adalah majlis tentang halal dan haram, bagaimana kamu membeli, bagaimana kamu menjual, shalat, puasa, berhaji, menikah, talak dan yang serupa hal tersebut.
Dan Sufyan bin Uyainah berkata:
لم يعط أحد بعد النبوة أفضل من العلم والفقه في الدين
Artinya: "Tidak ada pemberian yang lebih utama bagi seseorang setelah masa kenabian ketimbang ilmu dan pemahaman dalam agama."
Abu Hurairah dan Abu Daud ~radliyallohu anhuma~ berkata:
بابٌ منَ العلم نتعلَّمُه أحبُّ إلينا من ألف ركعة تطوُّعًا
Artinya: "Satu bab dari ilmu yang kita pelajari lebih kami sukai ketimbang seribu rakaat shalat sunat".
Sayyidina Umar ~rdliyallohu anhu~ berkata:
لَمَوْتُ أَلْفِ عَابِدٍ قَائِمٍ اللَّيْلَ صَائِمٍ النَّهَارَ أَهْوَنُ مِنْ مَوْتِ الْعَالِم الْبَصِيرِ بِحَلَالِ اللَّهِ وَحَرَامِهِ
Artinya: "Kematian seribu orang ahli ibadah yang rajin sholat malam dan puasa di siangnya itu tidak sebanding dengan kematian seorang ulama yang mengerti halal haramnya aturan Allah SWT (syariah)."
Ayat-ayat al-Quran, hadits Nabi dan atsar sahabat banyak sekali tentang ini.
Dan ketika fiqih memiliki martabat yang mulia serta keuntungan yang agung, maka kepedulian terhadapnya ada dalam derajat utama. Meluangkan waktu-waktu penting bahkan (meluangkan) seluruh usia dalam berfiqih lebih utama. Karena jalan berfiqih adalah jalan menuju surga. Dan beramal dengan berfiqih akan menjaga dan melindungi dari neraka.
Ini adalah untuk orang yang berfiqih dengan tujuan memahami agama berdasarkan perjalanan yang baik. Bukan untuk tujuan mencari keluhuran, harta dan ketenaran.
Rasulullah SAW bersabda:
من تعلم علما مما يبتغي به وجه الله تعالى لايتعلمه إلا لصيب به غرضا من الدنيا لم يجد عرف الجنة يوم القيامة
"Barang siapa mempelajari sebuah ilmu, yang harusnya ditujukan untuk mendapat ridha Allah, tapi ia niatkan untuk mendapat tujuan duniawi, maka dia tidak akan pernah mencium bau surga di hari kiamat." (HR. Abu Daud dengan sanad sahih)
Nabi Muhammad ~alaihi afdlolu sholati wa salami~ bersabda:
من طلب العلم ليماري به السفهاء أو يكاثر به العلماء أو يصرف وجوه الناس إليه فليتبوأ مقعده من النار
Artinya: “Siapa saja yang menuntut ilmu (syar’i) karena untuk membuat syak orang-orang bodoh, atau untuk mendebat Ulama, atau untuk membuat wajah orang-orang mengarah kepadanya, maka bersiaplah mengambil tempat duduknya di neraka.” (HR Tirmidzi dari riwayat Ka'b bin Malik, dan ia berkata "ادخل النار" (Allah akan memasukannya ke neraka).
_____
Diterjemahkan oleh: Ang Rifkiyal, Pondok Pesantren Mafazah