Agar Anak Betah Mondok di Pesantren
Untuk saudaraku para orang tua yang sedang atau akan memondokan putra putrinya di pondok pesantren.
Niatkanlah memondokan dengan niatan tafaqohu fiddin, yakni memperdalam ilmu agama untuk menjadi anak yang ibadillahi sholihin, menjadi orang yang sholih dan ahli ibadah. Mengapa demikian, karena kelak orang tua tidak hanya butuh anak saat hidup, tetapi juga butuh anak saat mati. Dari anak anak sholih inilah, kita semua berharap kiriman doa doanya setiap saat. Saat hidup kita butuh taat baktinya, saat mati kita butuhkan kiriman doanya.
Namun demikian, memondokkan anak butuh persiapan lahir dan bathin. Selain sangu bekal dan biaya mondok, diperlukan pula persiapan bathin yaitu niat yang baik dan persiapan mental baik anak maupun orang tua.
Salah satu masalah yg sering dialami anak anak saat pertama kali mondok adalah tidak krasan. Hal itu wajar. Karena situasi dan kondisi pondok pesantren memang berbeda dengan di rumah. Makanannya berbeda, tidur nya berbeda, kegiatanya berbeda dan lingkungan pergaulanya berbeda, dan situasi lainya yg berbeda.
Urusan makan biasanya menjadi penyebab anak tidak kerasan. Di rumah, anak anak biasa makan dengan menu yg lengkap dan berganti ganti. Sementara di pondok menunya ala kadarnya, bahkan sering kurang kenyang. Tetapi ini adalah latihan agar mereka terbiasa dengan keterbatasan, kekurangan dan rasa lapar. Sehingga kelak mereka terbiasa untuk puasa sunah, puasa wajib dan riyadoh yg lainya. Meskipun demikian, tidak pernah ada kasus anak santri kelaparan di pondok. Yang sering terjadi dan selalu ada malah gemuk gemuk.
Yang kedua masalah tidur. Anak anak di pesantren biasa tidur di lantai, beralas tikar, karpet, bahkan tidak beralas alias lansung dilantai. Sembilan tahun saya tidur dilantai dan sering tanpa alas, dan sampai sekarang juga masih sehat. Awalnya memang tak bisa tidur. Tapi lama lama tubuh menyesuaikan diri. Sekarang anak anak santri sudah membawa kasur sendiri dari rumah, bahkan ada pesantren yang ada dipanya seperti di barak tentara atau asrama mahasiswa. Salah satu manfaat tidur dilantai adalah mudah dibangunkan untuk sholat malam. Karena belajar ilmu agama perlu dibarengi dengan mengurangi tidur.
Masalah yang ketiga yang menjadi sumber ketidakrasanan adalah kegiatan pondok. Di rumah biasanya anak anak tak banyak kegiatan. Pulang sekolah biasanya istirahat, main main, nonton tivi. Sebagian ada yang ngaji, ada yg les. Tetapi di pondok pesantren, semua kegiatan terjadwal 24 jam. Meskipun demikian, anak anak diberi kesempatan tidur malam 6 jam dan istirahat siang sekitar 2 jam. Minggu minggu pertama mungkin mereka masih menyesuaikan, tapi minggu minggu berikutnya, akan menyesuaikan diri.
Yang juga menjadi penyebab tidak krasan adalah lingkungan dan pergaulan. Di rumah mereka bisa bergaul dengan siapa saja, termasuk dengan lawan jenis. Tetapi di pondok, mereka hidup terpisah antara laki laki dan perempuan. Di rumah mereka bisa setiap saat bertemu orang tua dan keluarga, tetapi di pondok, kesempatan bertemu orang tua dan keluarga dibatasi. Ini semua dimaksudkan agar kelak anak anak dapat mandiri, menjaga pergaulan dan dapat beradaptasi dengan lingkungan.
Masalah lain yang juga sering muncul adalah masalah kesehatan anak anak. Minggu minggu pertama, biasanya anak sering sakit. Flu, pilek, batuk, panas, pusing, adalah keluhan awal saat mondok. Orang tua tidak perlu risau. Pondok pondok pesantren sudah banyak yg memiliki klinik di dalam pesantren yg didukung BPJS Kesehatan. Sehingga orang tua tak perlu was was. Kalau sakitnya serius dan perlu dirawat inap, pondok biasanya akan menghubungi orang tua. Sakit memang bisa terjadi dimana saja dan kapan saja, termasuk di rumah sekalipun. Karena itu tak perlu terlalu cemas menghadapi anak sakit di pondok.
Ketika anak sudah krasan di pondok, kadang malah hati orang tua yg tidak sepenuhnya mantap. Orang tua masih khawatir dan teringat ingat anaknya di pondok. Sehingga terjadi kontak bathin antara anak dengan orang tua yg menjadi sebab tidak krasan. Jika masih teringat ingat, di doakan saja. Kirimi fatihah 41 kali secara istikomah pada minggu minggu pertama di pondok. Jangan diajak pulang ke rumah sebelum 40 hari dan jangan sering diajak pulang kalau sudah krasan.
Jika anak masih terlihat belum krasan, pasrahkan kepada Allah, mintalah doa pada kyai pengasuh dan doakan sendiri, terutama ibunya. Yang penting pantau kesehatanya melalui ustadz pembimbingnya. Jangan sering sering ditelpun agar tidak teringat ingat rumahnya dan bisa konsentrasi belajar. Belajar ilmu agama memerlukan totalitas dan laku bathin. Karena itu perlu perjuangan lahir bathin baik anak anak kita maupun orang tua.
Mari kita sempatkan mendoakan anak anak kita agar menjadi insan kamil, manusia yg sempurna imanya, baik akhlaqnya, cerdas, terampil dan sholih. Untuk tujuan itu semua, kita orang tua juga harus belajar sholih, karena kata pepatah "kacang ora ninggal lanjaran". Hehehe...
Semoga bermanfaat untuk kita semua. Salam hangat dari Malang.
___
Oleh : Dr. H. Supriyanto
Ketua Gerakan Nasional Cinta Pondok.