Mahasiswi Ajak Santri Gabung HTI, Begini Percakapannya..
ILustrasi. Perempuan bercadar HTI Sulsel tengah berunjukrasa. (Foto: Koran SI) |
Suatu ketika, ada seorang mahasiswi dan santri berbincang-bincang. Mahasiswi yang sudah mengikuti kajian HTI mengajak santri untuk gabung di HTI. Begini percakapannya:
Mahasiswi : Ayo gabung mas dengan HTI, bersama berjuang untuk Islam.
Santri : Mba ini orang mana?
Mahasiswi : Mahasiswi sini mas.
Santri : Dulu mondok di mana?
Mahasiswi : pendidikan saya normal mas.
Santri : Normal? Maksudnya? Ada pendidikan tidak normal?
Mahasiswi : Hehe... Maksudnya dari SD sampai SMA umum, mas.
Santri : Oh, tapi hafal Alfiyah Ibnu Malik?
Mahasiswi : Alfiyah itu apa ya mas?
Santri : kitab Nahwu.
Mahasiswi : Nahwu itu bahasa Arab ya mas?
Santri : Ilmu tentang gramatikal bahasa Arab, begitu singkatnya. Belajar subjek, predikat, objek, dan lainnya.
Mahasiswi : Oh, belum pernah mas.
Santri : Oh, masih Jurumiyyah ya?
Mahasiswi : Itu apa lagi mas?
Santri : Innalillah, gini deh. Hafal Quran nggak?
Mahasiswi : Baru tahsin 1 mas, hehe.. Maklum, baru mulai ngaji semester tiga kemarin.
Santri : Astaghfirullah... Terus itu teriak-teriak khilafah kenapa?
Mahasiswi : kan bagian dari Islam mas. Harus kita perjuangkan.
Santri : dah pernah baca kitab fiqh, kayak Minhaj, I'anah, Fathul Mu'in, atau Fathul Qarib aja deh. Pernah?
Mahasiswi : Belum mas, saya tidak bisa baca kitab kuning.
Santri : Lah itu tahu khilafah dari mana?
Mahasiswi : Dari murabbi saya mas.
Santri : Hebat, punya murabbi. Ikut thariqah?
Mahasiswi : Bukan mas, murabbi liqa'.
Santri : murabbinya belajar dari siapa?
Mahasiswi : Nggak tahu juga mas, tapi biasanya sih ngasih refrensi materi dari situs-situs internet atau video di youtube.
Santri : Kamu ini teriak khilafah bukan dari kitab, bukan juga dari orang yang jelas sanadnya sampai ke Rasulullah SAW. Kamu teriak khilafah dari mana dasarnya?
Mahasiswi : situs di Google dan video dari murabbi mas.
Santri : Astaghfirullah, Pantas.
Mahasiswi : Pantas kenapa, mas?
Santri : Mahasiswi yang baik akan bertindak dan berpikir ilmiah. Ambil sesuatu dari sumber aslinya. Kalau karya ilmiah aja harus pakai jurnal primer, agama juga begitu.
Ambil dari kitab-kitab mu'tabar (primer) yang ditulis oleh ulama-ulama kredibel dan diakui dari zaman ke zaman sejak dahulu. Mempelajari sesuatu itu juga harus kepada ahlinya, ada bukti tertulis dia bersambung sanadnya sampai Rasulullah SAW.
Kalau ilmu agama tidak disandarkan kepada Rasulullah SAW apalagi ambil dari Google dan Youtube malah bisa jadi santri Syeikh Anu Google Al Internety Bin Listriky.
Mahasiswi : Tapi anu mas.. anu.. anu.. 🤔🤔
Santri: !!!!!
Oleh: Ibnu ja'far
Editor: Ang Rifkiyal